TAQDIMUL KHOBAR 'ALA MUBTADA'
Pada dasarnya khobar terletak setelah mubtada hal ini didasarkan
pada penjelasan Ibn Malik
الأجبارأن تؤخرا * وجوزوا التقديم اذ لاضررا والأصل فى :
letak khobar itu, asalnya harus diakhirkan, tetapi ahli nahwu memperbolehkan
mendahulukannya, bila tidak ada kemudharatan. Sedangkan
dalam kitab nahwu al wadhih dikatakan bahwa المبتدأ
إسم مرفوع فى اول الجملة mubtada adalah isim marfu’ diawal jumlah. Namun ahli nahwu
berpendapat bahwa dalam beberapa keadaan khobar wajib didahulukan. Oleh
karenanya makalah ini akan mencoba menjelaskan dalam hal apa khobar harus
didahulukan atas mubtada.
1. Jika khobar terdiri dari dlorof atau jar majrur sedang
mubtadanya terdiri dari isim nakiroh yang tidak mempunyai “ مسوغ ”
(yang membolehkan membuat mubtada dari isim nakiroh) kecuali mendahulukan
khobar. Contoh;
· عندي درهم
· لي وطر
Namun jika ada “ مسوغ ” maka
khobarnya boleh didahulukan dan boleh diakhirkan. Contoh;
· عندي رجل ظريف kalimat
ini bisa dikatakan pula عندي رجل ظريف
Hal ini didasarkan pada kaidah ونحو
عندي درهم و لي وطر * ملتزم فيه تقدم الخبر
a. Jika isim tersebut didahului oleh khobar yang terdiri dari
dlorof atau jer majrur
Contoh: عندي
درهم
b. Isim nakiroh tersebut didahului oleh isim istifham
Contoh: هل فتى
فيكم
c. Isim nakiroh tersebut didahului oleh huruf nafi
Contoh: ما تلميذ
في الفصل
d. Isim nakiroh tersebut disifati
Contoh: عندي رجل
ظريف
e. Isim nakiroh tersebut beramal
Contoh: إصلاح
لهم خير
f. Isim nakiroh tersebut diidlofatkan
Contoh: عمل بر
يزين
2. Jika mubtada mencakup pada dlomir yang kembali kepada
sesuatu yang ada pada khobar itu. Dasar qoidahnya yaitu كذا اذا عاد عليه مضمر * مما به عنه مبينا يخبر Contoh;
· أمام المسجد فناؤه tidak
boleh dikatakan أمام المسجد فناؤه
Hal ini dikarenakan akan menimbulkan kembalinya dlomir kepada sesuatu
yang diakhirkan baik lafadz maupun derajat/kedudukannya.
3. Jika khobar terdiri dari kata yang wajib didahulukan seperti
istifham, contoh;
· أين من علمته نصيرا
Hal ini didasarkan pada qoidah يستوجب
التصديرا * كأين من علمته نصيرا كذا اذا
4. Jika mubtada dikhususkan (dijadikan مقصور عليه) dengan
menggunakan nafi dan istitsna atau إنما . Dasarnya yaitu * كما لنا إلا اتباع أحمد وخبر المحصور قدم ابدا contoh;
· ما لنا إلا اتباع أحمد ¬ اتباع أحمد
Pada dasarnya, setiap mubtada’ terletak diawal kalimat
(jumlah). Akan tetapi adakalanya khabar diletakan sebelum mubtada’ (al-khabar
muqaddam) dan mubtada’ diakhirkan sesudah khabar (al-mubtada muakhar).
1. Khabar boleh didahulukan sebelum mubtada’ jika mubtada berupa isim ma’rifat, sedangkan khabarnya berupa syibhul jumlah. Contoh:
- اَلْقُرْاَنُ عَلَى الْمَكْتَبِ atau عَلَى الْمَكْتَبِ اَلْقُرْاَنُ
Alquran diatas meja - diatas meja ada Alquran
- اَلْمِصْبَاحُ فَوْقَ السَّقْفِ atau فَوْقَ السَّقْفِ اَلْمِصْبَاحُ
lampu ada di atas langit-langit - diatas langit-langit ada lampu
- اَلْكِتَابُ فِى الْحَقِيْبَةِ atau فِى الْحَقِيْبَةِ اَلْكِتَابُ
Kitab ada didalam tas - didalam tas ada kitab
2. Khabar harus didahulukan sebelum mubtada’ dengan syarat sebagai berikut:
a. Mubtada’ berupa isim nakirah, sedangkan khabarnya berupa syibhul jumlah. Contoh:
- فِى الْخِزَانَةِ لِبَاسٌ
di dalam lemari ada pakaian
- عِنْدِى سَيَّارَةٌ
Saya mempunyai mobil
b. Khabar berupa kata tanya (Ismul istifham). Contoh:
- مَتَى الإِمْتِحَانُ؟
Kapan latihan ?
- كَيْفَ القِرَأَةُ؟
bagaimana membaca ?
- اَيْنَ كِتَابُكَ؟
dimana kitabmu ?
1. Khabar boleh didahulukan sebelum mubtada’ jika mubtada berupa isim ma’rifat, sedangkan khabarnya berupa syibhul jumlah. Contoh:
- اَلْقُرْاَنُ عَلَى الْمَكْتَبِ atau عَلَى الْمَكْتَبِ اَلْقُرْاَنُ
Alquran diatas meja - diatas meja ada Alquran
- اَلْمِصْبَاحُ فَوْقَ السَّقْفِ atau فَوْقَ السَّقْفِ اَلْمِصْبَاحُ
lampu ada di atas langit-langit - diatas langit-langit ada lampu
- اَلْكِتَابُ فِى الْحَقِيْبَةِ atau فِى الْحَقِيْبَةِ اَلْكِتَابُ
Kitab ada didalam tas - didalam tas ada kitab
2. Khabar harus didahulukan sebelum mubtada’ dengan syarat sebagai berikut:
a. Mubtada’ berupa isim nakirah, sedangkan khabarnya berupa syibhul jumlah. Contoh:
- فِى الْخِزَانَةِ لِبَاسٌ
di dalam lemari ada pakaian
- عِنْدِى سَيَّارَةٌ
Saya mempunyai mobil
b. Khabar berupa kata tanya (Ismul istifham). Contoh:
- مَتَى الإِمْتِحَانُ؟
Kapan latihan ?
- كَيْفَ القِرَأَةُ؟
bagaimana membaca ?
- اَيْنَ كِتَابُكَ؟
dimana kitabmu ?
اَلْمُبْتَدَأُ وَ الْخَبَرُ (فِعْلٌ مُضَارِعٌ لِلْمُفْرَدِ)
Mubtada’ adalah isim (kata) yang terletak di awal kalimat (jumlah) dan berfungsi sebagai subjek. Adapun khabar adalah isim yang terletak sesudah mubtada’ serta menyempurnakan pengertian kalimat atau berfungsi sebagai predikat. Dalam bab ini, akan dibahas struktur kalimat mubtada’ khabar dengan khabar yang terdiri dari fiil mudhari mufrad. Khabar yang terdiri dari fiil mudhari mufrad merupakan khabar jumlah fi’liyah.
Fiil mudhari mufrad adalah fiil mudhari dengan fail dhamir mustatir yang taqdirnya adalah dhamir mufrad, yaitu
اَنَا, اَنْتَ, اَنْتِ, هُوَ, هِيَ, نَحْنُ
Contoh:
- اَنَا اَنَامُ عَلَى السَّرِيْرِ
saya tidur di atas kasur
- نَحْنُ نَقْرَاُ الْقُرْاَنَ
kita membaca Alqur'an
- هِيَ تَتْبَخُ فِى الْمَطْبَخِ
dia sedang memasak di dapur
Mohon Maaf klo penjelasannya cuma sedikit...... sebenarnya Masih Buuuaanyakkk lgi yg perlu difahami...
MONGGO DIKOREKSI BILA ADA YAG KURANG BENAR... MATUR SUWON...
#Salam HM Coffee...Berbagi ILMU...
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
BalasHapusSebelumnya saya minta maaf kpd kakak kalau komentar ataupun apapun yg nanti akan saya sampaikan ini mungkin dirasa menyinggung kakak ataupun pihak lain baik yang terkait maupun tidak. Dan maaf juga atas kelancangan saya.
Brgini kalau saya boleh menyarankan, untuk yang ada arabnya kan itu blm ada harakatnya mungkin bisa ditambah didalam kurung bahasa indonesia a, maksudnya bukan terjemahannya, dimaksudkan agar nanti si pembaca tau o ini kasroh,fathah,dhomah dan cara bacanya begini trs perubahan kalimatnya begini. Jadi lebih memudahkan si pembaca untuk memahaminya. Dan untuk istilah seperti Jumlah istifham itu apa huruf nafi itu apa mungkin bisa ditambah dengan penjelasannya sekalian entah itu di dalam kurung ataupun diberi rujukan kebawahnya seperti rujukan nomor ataupun huruf. Kaya di kitab kitab hadits itu loh di saroh,hal ini dimaksudkan agar si pembaca yang masih awam ataupun baru belajar ini bisa lebih mudah dalam memahami dan mengerti.
Sekian dan terimakasih serta mohon maaf atas segalanya.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Dan untuk artikel ataupun postingannya ini terimakasih,hal ini cukup membantu kami dalam belajar dan berguna serta bermanfaat.
BalasHapusTerimakasih....
Trimakasih sabgat membantu karyanya
BalasHapusSyukron ini sangat membantu saya
BalasHapussaya kok masih bingung wkwkw
BalasHapusSaya masih tidak tau
BalasHapusJangan arab gundul to
BalasHapusKasih harakat
Bingung
BalasHapusTapi ada yang tau kedudukan khabar
Sy mau tanya tentang surah Al Baqarah ayat 177 setelah laisa, albirro knp mnjadi khobar ???
BalasHapus